Friday, May 4, 2012

Kenangan Bersamamu

Tahun ini, tanggal 27 Maret jatuh tepat di hari Selasa. 5 tahun yang lalu, di hari dan tanggal yang sama, bertepatan dengan ulang tahun ke-8 adik bungsuku, Ayahku meninggal dunia. Beliau berpulang ke hadapan Illahi tanpa ada Ibu dan anak-anak yang menemaninya. Hingga saat ini, aku masih tak percaya Ayah telah tak bersama kami lagi.

Ayah adalah sosok yang sangat berarti bagiku. Aku sangat dekat dengannya. Beliau selalu mengingatkanku agar menjadi anak perempuan yang mandiri, yang tak perlu meminta bantuan orang lain selama masih bisa menyelesaikan atau mengerjakan segala seuatu seorang diri. Ayah mengajarkanku untuk menjadi anak yang berani dan tegar. Ayah mendidik aku (dan adik-adikku) untuk hidup sederhana. Ayah terlihat cuek, tapi beliau sangat memperhatikan tata krama dan sopan santun. Ayah selalu menegur jika anak-anaknya menjawab "hmmm..." ketika dipanggil oleh beliau ataupun Ibu. Tak jarang Ayah memarahiku (atau adik-adik) karena melawan Ibu. Ayah juga tidak pernah suka melihat temanku (ataupun teman adik-adikku) harus menunggu ketika menjemput kami. Beliau selalu menekankan bahwa lebih baik kita yang menunggu daripada ditunggu, apalagi kalau kita yang dijemput. Ayah juga seringkali mengingatkan kalau mau pergi ke sekolah, berangkat dari rumah paling telat setengah jam sebelum jam sekolah dimulai. Ayah mengenalkanku pada kebersihan dan kerapihan. Beliau memang orang yang pembersih karena sejak kecil dibesarkan di keluarga yang pembersih (bahkan beberapa buklek ku sangat pembersih). Ayah juga orang yang apik dalam memelihara barang-barang miliknya dan ini menurun padaku, walaupun harus ku akui kalau aku tidak seapik beliau. Dalam keluarga kecil kami, sehabis sholat Ashar, kami bersih-bersih rumah dan tidak ada yang boleh menyetel TV. Tak jauh beda ketika Maghrib tiba, TV masih tidak boleh menyala karena sehabis sholat, kami dibiasakan untuk mengaji.

Aku tidak akan pernah lupa bagaimana Ayah mengajarkanku untuk tidak malu dan berani bertanya, terutama dalam hal berbelanja. "Bukan perhitungan, tapi kita memang harus teliti kalau beli apa-apa", kata Ayah. Beliau jugalah yang mengenalkanku pada sepak bola, F1, moto gp, dan tinju sehingga aku begitu gemar menonton olahraga-olahraga tersebut yang umumnya menjadi totonan para lelaki. Masih jelas dalam ingatanku bahwa kami sering begadang bersama untuk nonton bola atau film-film laga barat kesukaan kami.

Ayah, layaknya orang tua pada umumnya, sangat bangga padaku. Aku bisa merasakan itu dari cara beliau bercerita pada keluarga besar tentang anak perempuan satu-satunya ini. Rasanya hampir tidak ada satupun cerita tentangku baik di sekolah maupun di luar sekolah yang tidak disampaikan Ayah ke keluarga besar kami.

Kenangan tentang Ayah tak kan pernah hilang. Hingga 5 tahun kepergiannya, aku masih ingat kebiasaan dan kesukaan Ayah. Mulai dari Brazil, tim favorit Ayah dalam Piala Dunia yang tentu saja bertentangan denganku yang setia menjagokan Belanda dan tim Tango. Kemudiaan kebiasaan Ayah duduk di teras belakang, bermain gitar menyanyikan lagu-lagu dari penyayi idolanya, khususnya Iwan Fals, Ebiet G. Ade, dan Koes Plus. Dan tentu saja Ayah orang yang paling berpengaruh dalam kesukaanku akan musik. Lagu-lagu dan penyayi atapun grup band favorit Ayah menjadi favoritku juga.




Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
namun kau tetap tabah hm…
Meski nafasmu kadang tersengal
memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm…
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
Ayah, dalam hening sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm…
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia


Nobody's perfect. Well, itu juga yang berlaku pada Ayahku. Tetapi, biarlah ku simpan sendiri apa yang menjadi kekurangan Ayahku.
Ayah tetaplah Ayahku, tak kan tergantikan oleh siapapun.

Ayah, I'm proud to be your daughter. I luv u so, I miss u so!!!

No comments:

Never Stop to Smile

Never Stop to Smile

The Nature of Human Being

The Nature of Human Being

Think Purple

Think Purple